Khutbah Jum’at: “Berqurbanlah!”

Khutbah Jum’at: “Berqurbanlah!”

Khutbah Pertama 

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اللهم صل على صفيك ورسولك محمد وعلى اله وصحبه اجمعين

يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.

 يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛

 فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ

Jamaah jum’at rahimani wa rahimakumullah.

Marilah kita senantiasa bersyukur kepada Allah dengan menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan Allah. Betapa banyak nikmat Allah yang tidak terhitung selalu kita terima dan senantiasa kita nikmati. Allah berfirman:

وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا

Artinya: “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya.” (QS. An-Nahl: 18)

Karena itu kita sebagai hamba Allah hendaknya senantiasa kembali kepada Allah, bersyukur kepada Allah dengan senantiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dan itulah hakikat daripada takwa. Tema kita pada jum’at yang mulia ini adalah berkurban. Rasulullah ﷺ di dalam hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Al-Hakim, beliau bersabda:

مَنْ كَانَ لَهُ مَالٌ فَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا

Artinya: “Barangsiapa yang memiliki harta kemudian dia tidak berkurban maka hendaknya orang itu jangan mendekat kepada tempat shalat kami.” (Hadis Sahih Riwayat Imam Al-Hakim)

Berdasarkan hadis-hadis ini Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Auzai, Rabiah dan yang lainnya berpendapat bahwa hukum dari berkurban adalah wajib. Meskipun jumhur ulama, mayoritas ulama menekankan dan menegaskan khususnya dalam mazhab Safi’iyah hukum dari berkurban adalah sunnah muakkadah.

Jamaah sekalian rahimani wa rahimakumullah.

Betapapun demikian Nabi ﷺ terus memotivasi ummatnya untuk senantiasa berkurban, yaitu dengan sabda Rasulullah dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibunda kita Aisyah Radhiyallahu ‘Anha. Rasulullah ﷺ bersabda:

ما عمل ابن آدم يوم النحر عملا أحب إلى الله من هراقة دم

Artinya: “Tidaklah seorang anak Adam melakukan amalan yang lebih Allah cintai pada hari kurban, pada hari raya idul adha selain dari menyembelih kurban, mengalirkan darah kurban.” (Disahihkan oleh Imam Al-Albani dan yang lainnya)

Jamaah Jum’at rahimani wa rahimakumullah.

Kita tidak sedang berbicara tentang pendekatan fiqih. Tetapi marilah kita lihat pesan daripada kurban itu sendiri. Bahwa dalam Islam berkurban itu adalah merupakan salah satu ajaran yang mulia. Sehingga di dalam hadis Muttafaqun alaih Nabi ﷺ menegaskan:

اَلْيَدُ اْلعُلْياَ خَيْرٌ مِنَ اْليَدِ السُّفْلَى

Artinya: “Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah.

Artinya yang memberi lebih baik daripada yang menerima. Kemudian di dalam Al-Qur’an Allah menegaskan:

وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ

Artinya: “Mereka lebih mementingkan orang lain meskipun dirinya sendiri membutuhkan.” (QS. Al-Hasyr: 9)

Itulah prinsip di dalam ajaran Islam yang senantiasa paralel dengan kemanusiaan yang memuliakan, menghormati manusia dan menjadikan manusia sesamanya sebagai orang-orang yang lebih dia dahulukan daripada dirinya sendiri. Karena apa jamaah sekalian? Pesan kurban ini sangat mendalam. Kurban yang disyariatkan oleh Allah pada setiap idul adha, memiliki pesan yang sangat mendalam. Sebab pada hakikatnya watak dasar manusia itu:

وَّتُحِبُّوْنَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا

Artinya: “Dan kamu mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan.” (QS. Al-Fajr: 20)

Lalu Allah pada Surat Al-‘Adiyat ayat 8 menegaskan:

وَاِنَّه لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيْدٌ

Artinya: “Dan sesungguhnya cintanya kepada harta benar-benar berlebihan.

Sungguh manusia itu karena begitu sangat cintanya kepada harta sehingga manusia itu menjadi kikir. Manusia itu kata Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam ayat ini sebagaimana ditafsirkan oleh para ulama:

 تحبون جمع المال

Manusia itu begitu senangnya untuk mengumpulkan harta. Dan untuk memiliki harta begitu sangat senang.”

Sehingga oleh karena itu mereka menjadi orang-orang yang kikir. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan:

قُلْ اِنْ كَانَ اٰبَاۤؤُكُمْ وَاَبْنَاۤؤُكُمْ وَاِخْوَانُكُمْ وَاَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيْرَتُكُمْ وَاَمْوَالُ ِۨاقْتَرَفْتُمُوْهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ اَحَبَّ اِلَيْكُمْ مِّنَ اللّٰهِ وَرَسُوْلِه وَجِهَادٍ فِيْ سَبِيْلِه فَتَرَبَّصُوْا حَتّٰى يَأْتِيَ اللّٰهُ بِاَمْرِه

Dalam Qur’an Surat At-Taubah ayat 24 Allah mengingatkan kita tentang bagaimana seharusnya kita menyikapi apa saja yang kita cintai di muka bumi ini. Allah menegaskan, “Katakanlah, Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya.

Jamaah sekalian rahimani wa rahimakumullah.

Kita boleh mencintai harta, kita boleh mencintai istri, anak, keluarga dan seluruh yang ada di muka bumi ini. Tetapi jangan sampai apabila Allah menghendaki agar kita mengurbankannya sebagian, lalu kita menjadi pelit, lalu kita tidak mau untuk mau mengorbankannya. Sebab hakikat apapun yang kita miliki semua adalah pemberian dari Allah. Semuanya adalah dari Allah, semuanya adalah milik Allah termasuk diri kita, jiwa raga kita, adalah milik Allah. Sehingga setiap pagi kita disunnahkan untuk selalu berdoa:

 اللهُمَّ مَا أَصْبَحَ بِي مِنْ نِعْمَةٍ أَوْ بِأَحَدٍ مِنْ خَلْقِكَ، فَمِنْكَ وَحْدَكَ لَا شَرِيكَ لَكَ، فَلَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ

Ya Allah pada pagi hari ini apapun yang aku miliki dari nikmat dan juga nikmat yang dimiliki oleh orang lain, maka semua nikmat itu dari-Mu ya Allah. Tidak ada sekutu bagi-Mu, tidak ada yang lain yang bisa memberikan nikmat ini kecuali Engkau. Maka hanya Engkaulah yang berhak untuk mendapatkan pujian dan kesyukuran.”

Kita selalu mempersaksikan bahwa semuanya adalah dari Allah. Lalu apakah pantas manakala Allah Subhanahu wa Ta’ala meminta kita untuk berkurban, mengambil sebagian dari harta kita yang tidak ada 1% nya dari yang kita miliki, lalu kita enggan. Marilah kita melihat, berkaca kepada Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam. Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam diuji oleh Allah dengan ujian yang sangat berat dan beliau paham bahwa semuanya adalah milik Allah. Ketika sudah begitu tua Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam tidak dikarunia anak, tidak dikaruniai putra oleh Allah. Tapi pada saat beliau sudah menjelang ajalnya, sudah tua baru dikaruniai putra yang sangat beliau cintai yaitu Ismail. Dalam kondisi begitu sangat cintanya kepada anak dan jamaah sekalian di dunia ini yang paling kita cintai tidak ada yang lain kecuali anak. Harta seberapapun dibanding dengan anak maka sesungguhnya kita lebih cinta anak kita. Andaikata anak kita sakit maka berapapun biaya, kita siap untuk mengeluarkannya asal dia kembali sembuh. Itu menunjukkan bahwa anak adalah sesuatu yang paling kita cintai di muka bumi ini.

Lalu Allah menguji agar Ibrahim menyembelih, mengorbankan anaknya sendiri. Tidak hanya mengorbankan Ismail, misalnya harus dibuang ke laut, tetapi tidak. Dia harus mengorbankan jiwa, raga, harta dan perasaannya yaitu dengan menyembelih sendiri anaknya, luar biasa. Tetapi karena itu perintah Allah, Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam tidak menolak, tidak gentar dan yakin bahwa apapun perintah Allah pasti itulah yang terbaik. Dan inilah potret seorang hamba Allah yang menyerahkan secara totalitas dirinya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu jamaah sekalian hendaknya kita berusaha untuk meneladani Ibrahim. Kita tidak mungkin mendapatkan ujian seberat Nabi Ibrahim tetapi hendaknya kita berusaha meneladani bagaimana apabila Allah mensyariatkan sebuah syariat lalu kita berusaha untuk menjalankannya. Dan dalam hal ini khususnya adalah berkurban.

Apabila seseorang mampu untuk membeli mobil, punya rumah, punya motor, mampu mencicil dan segala macamnya tetapi kemudian tidak pernah berkurban maka alangkah bakhilnya, alangkah pelitnya orang ini. Dan bagaimana mungkin dia yang menjadi hamba Allah yang mendapat banyak nikmat seperti itu ketika Allah menyuruh, meminta untuk mengorbankan sedikit dari hartanya lalu dia enggan. Padahal semua adalah miliknya Allah, pemberian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mudah-mudahan kita seluruhnya jamaah sekalian tergerak untuk menjadi hamba-hamba Allah yang setiap kali Allah memerintahkan suatu syariat kita kemudian menjalankannya. Mudah-mudahan yang masih belum tergerak untuk melaksanakan ibadah kurban ini, diberikan oleh Allah hidayah sehingga tergerak untuk melaksanakan kurban yang Insya Allah akan kita lakukan sebentar lagi.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua 

الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اللهم صل على صفيك ورسولك محمد وعلى اله وصحبه اجمعين .أَمَّا بَعْدُ

Jamaah sekalian rahimani wa rahimakumullah.

Hendaknya kita malu kepada nenek pemulung yaitu nenek Sahnun dari Mataram, NTB (Nusa Tenggara Barat). Beliau adalah seorang pemulung yang hidupnya sering tidur di emperan orang lain. Usianya 60 tahun, sebatangkara, tetapi nenek Sahnun ini yang seorang pemulung, yang termasuk orang yang sangat miskin, ternyata mengagetkan kaum muslimin. Dia mengumpulkan harta, mengumpulkan uang sedikit demi sedikit dari hasil mulungnya. Selama satu tahun dia kumpulkan uang sebanyak 10 juta dan dia berikan kepada ta’mir masjid untuk bisa dibelikan seekor sapi di Mataram, NTB.

Di Malang Selatan ada mbah Painem yang usianya 74 tahun, sebatangkara, rumahnya masih dari tanah lantainya, tidak ada tv, tidak ada hp, tapi setiap tahun beliau selalu berkurban. Dan inilah yang ketika ditanya kenapa mbah Painem demikian bersemangat setiap tahun berkurban. Kata beliau bahwa berkurban itu bukan urusan kemampuan tetapi berkurban adalah urusan kemauan. Apabila mau Allah akan memberikan kemudahan dan itulah yang terjadi. Dan kata beliau “Supaya kelak nanti ketika di akhirat Allah mudahkan saya karena kurban ini”, Subhanallah.

Oleh karena itu jamaah sekalian, hendaknya kita melihat diri kita apabila ada orang-orang yang sedemikian miskin tetapi mampu untuk berkurban, mau untuk berkurban, rela berkurban dengan keterbatasannya yang luar biasa maka tentu kita seluruhnya lebih berhak untuk bisa menjawab perintah Allah ini dalam berkurban. Janganlah kita pelit dengan apa yang ada di tangan kita. Dunia ini bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah lebih mulia, tidak lebih berharga dari sayap seekor nyamuk. Dunia ini bagi Rasulullah ﷺ ketika beliau berjalan bersama sahabat beliau mengatakan:

Wahai para sahabat, apakah kalian mau untuk membeli seekor kambing, bangkai anak kambing ini. Bangkai anak kambing yang kecil, yang cacat telinganya?”

Maka para sahabat mengatakan:

“Andaipun dikasih kami tidak mau. Apalagi dalam keadaan sudah menjadi bangkai atau sudah mati.”

Jamaah sekalian rahimani wa rahimakumullah.

Itulah perumpamaan dunia, sangat hina di hadapan Allah. Apa yang kita miliki juga tidak akan semuanya bisa kita manfaatkan. Oleh karena itu marilah apa yang Allah nikmatkan kepada kita, Allah anugerahkan kepada kita, mari kita jadikan sebagai sarana ketaatan kepada Allah diantaranya adalah dengan berkurban.

اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على ابراهيم وعلى آل ابراهيم إنك حميد مجيد

 اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الاحياء منهم والاموات  ياقاضي الحاجات

اللهم أعز الاسلام والمسلمين واهلك الكفرة والمبتدعة والمشركين أعدائك أعداء الدين

اللهم شدد شملهم ومزق جمعهم وزلزل اقدامهم وألقي في قلوبهم الرعب إنك على كل شيء قدير

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامً

ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الاخره حسنة وقنا عذاب النار

 عباد الله إن الله يأمر بالعدل والاحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون

فاذكروا الله العظيم يذكركم واشكروه على نعمه يزدكم ولذكر الله اكبر

Tonton video lengkapnya berikut ini:

Leave a Comment

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *