Khutbah Idul Adha 10 Zulhijjah 1435 H

Khutbah Idul Adha 10 Zulhijjah 1435 H

الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر ولله الحمد

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اللهم صل على صفيك ورسولك محمد وعلى اله وصحبه اجمعين

يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.

 يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛

 فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ

الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر ولله الحمد

Jamaah Idul Adha rahimani wa rahimakumullah.

Marilah kita mengingat keagungan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mengingat akan nikmat-nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada kita. Nikmat yang tidak terhingga, yang tidak terhitung banyaknya yang kita terima dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga Allah menegaskan:

وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا

Artinya: “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya.” (QS. An-Nahl: 18)

Oleh karena itu di dalam kesempatan dan hari yang mulia ini, marilah kita senantiasa memuji Allah atas anugerah-anugerah-Nya yang demikian melimpah yang diberikan kepada kita seluruhnya sebagai hamba-hamba-Nya. Mudah-mudahan dengan demikian kita termasuk hamba-Nya yang pandai bersyukur sehingga Allah menegaskan:

لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

Artinya: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim: 7)

Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar Walillahilham.

Mudah-mudahan dengan kesyukuran itu menjadikan kita digolongkan oleh Allah termasuk mereka yang taat kepada-Nya, yang menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Dan orang yang seperti ini, orang yang bertakwa adalah orang yang mendapatkan jaminan dari Allah keselamatan, kebahagiaan, ketentraman, kedamaian dalam hidupnya sepanjang di dunia sampai nanti InsyaAllah di akhirat.

Jamaah Idul Adha rahimani wa rahimakumullah.

Mengapa setiap kali Idul Adha demikian juga dengan Idul Fitri, selalu kita mulai dengan takbir mengagungkan Allah? Mengapa kita harus bertakbir setiap kali berhari raya? baik Idul Fitri maupun Idul Adha. Ini adalah merupakan deklarasi, pengumuman kita bahwa sesungguhnya ketundukan kita hanyalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahwasanya kita tidak menyembah kecuali hanya kepada Allah, kita tidak mengagungkan kecuali hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala, kita tidak me-maha sucikan kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga kita bersama-sama makhluk Allah yang lainnya, yang sudah tunduk dan patuh kepada Allah, baik dengan suka rela maupun terpaksa. Dimana Allah menegaskan di dalam surat al-Hasyr:

سَبَّحَ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الۡاَرۡضِۚ وَهُوَ الۡعَزِيۡزُ الۡحَكِيۡمُ

Artinya: “Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi bertasbih kepada Allah; Dialah yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (QS. Al-Hasyr: 1)

Kemudian kenapa kita bertakbir? Kita bertakbir di hari raya Idul Fitri maupun hari raya Idul Adha karena sesungguhnya hari raya adalah hari bersukacita, hari kita bergembira, hari kita bersenang-senang dan itu merupakan ibadah di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu agar kegembiraan, agar kesukacitaan Idul Fitri atau Idul Adha senantiasa terhubung dengan Allah. Bahwa kesenangan dan kesukacitaan di dalam Idul Fitri dan Idul Adha sesungguhnya adalah kesenangan yang senantiasa terhubung dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga tidak kesenangan yang kemudian menjadikan hawa nafsu kita, kita turuti seperti yang dilakukan oleh mereka yang tidak beragama atau mereka yang ahli maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga Idul Fitri dan Idul Adha di dalam Islam adalah pernyataan bahwa kita meskipun bersukacita, sesungguhnya kita tetap dalam koridor agama. Kita masih tetap ingat Allah sehingga menjadi ibadah yang mulia disisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar Walillahilham.

Jamaah Idul Adha rahimani wa rahimakumullah.

Idul Fitri dan Idul Adha, hari rayanya kau muslimin, disebut dengan العيد karena hari raya adalah hari dimana manusia berkumpul, dimana kaum muslimin banyak berkumpul. عاد –  يعود  artinya kembali. Kenapa disebut العيد? Itu karena kegembiran dan kesukacitaan hari raya itu senantiasa berulang-ulang datang setiap tahun. Selain itu عيد juga menghadirkan ingatan kita apabila kita berada di daerah yang jauh kita ingat akan keluarga kita. Seorang anak yatim ingat akan ayahnya yang sudah meninggal dunia. Seorang yang dicerai oleh suaminya ingat akan suaminya. Seorang yang miskin ingat akan kecukupan hidupnya. Orang yang berada di dalam situasi negeri yang penuh dengan peperangan seperti beberapa negara di Timur Tengah, di Suriah, di Irak dan di tempat-tempat yang lainnya, mereka ingat kedamaian negerinya. Inilah yang terjadi, keharuan yang ada di dalam Idul Fitri maupun Idul Adha itu sesungguhnya mengingatkan kita bahwa dengan takdir itu kita masih punya Allah, kita masih memiliki Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita punya Allah dan kita betul-betul yakin bahwa Allah itu adalah Yang Maha Perkasa, tempat kita untuk berlindung. Allah yang akan memenangkan kita.

كَتَبَ اللّٰهُ لَاَغْلِبَنَّ اَنَا۠ وَرُسُلِيْۗ اِنَّ اللّٰهَ قَوِيٌّ عَزِيْزٌ

Artinya: “Allah telah menetapkan, ‘Aku dan Rasul-Ku pasti menang.’ Sungguh Allah Maha Kuat, Maha Perkasa.” (QS. Al-Mujadilah: 21)

Kepada mereka yang kekurangan, kepada mereka yang memiliki berbagai keterbatasan secara ekonomi, ingatlah bahwa kita punya Allah Yang Maha Kaya. Kita minta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala karena kekayaan itu adalah milik Allah.

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اَنْتُمُ الْفُقَرَاۤءُ اِلَى اللّٰهِ ۚوَاللّٰهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيْدُ

Artinya: “Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu), Maha Terpuji.” (QS. Fatir: 15)

Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar Walillahilham.

Takbir Idul Adha dan takbir Idul Fitri adalah merupakan rangkaian ketaatan demi ketaatan. Apabila Idul Fitri maka sesungguhnya didahului dengan ketaatan sebulan penuh selama bulan Ramadhan. Pada siang hari kau muslimin berpuasa dan kemudian pada malam harinya qiyamullail, membaca Al-Qur’an, bersedekah dan berbagai ketaatan lainnya. Musim ketaatan kemudian ditutup oleh Allah dengan Idul Fitri, dengan takbir mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Idul Adha merupakan rangkaian ketaatan di mana Allah Subhanahu wa Ta’ala mensyariatkan haji. Kemudian sebelumnya Allah mensyariatkan 10 hari pertama bulan Zulhijjah, dimana Rasulullah menegaskan itu adalah hari-hari yang paling mulia, yang paling Allah cintai bagi seseorang yang beramal saleh pada hari-hari itu. Bahwa Rasulullah menegaskan di dalam hadis yang sah,

ما من أيام العمل الصالح فيها أحب إلى الله من هذه الأيام يعني: العشر الأول من ذي الحجة، قالوا: يا رسول الله ولا الجهاد في سبيل الله؟ قال:  ولا الجهاد في سبيل الله إلا رجلٌ خرج بنفسه وماله ثم لم يرجع من ذلك بشيء- روى البخاري في صحيحه

Sesungguhnya ada hari-hari di mana amal saleh yang lebih Allah cintai di dalamnya kecuali hari-hari ini yaitu 10 hari pertama bulan Zulhijjah. Kemudian diantara para sahabat bertanya, “Apakah tidak juga jihad di jalan Allah wahai Rasulullah?” Beliau mengatakan “Tidak juga jihad fisabilillah, kecuali seseorang yang berjihad di jalan Allah dengan jiwa dan hartanya dan dia tidak kembali dengan sesuatu apapun daripadanya.” (HR. Bukhari: II/457 Fath)

Inilah yang mengawali Idul Adha. 10 hari yang sangat dimuliakan oleh Allah yang kemudian ditutup dengan takbir pada Idul Adha ini. Oleh karena itu, sesungguhnya Islam adalah rangkaian ketaatan demi ketaatan. Bahkan pada saat kita berhari raya sesungguhnya kita tidak melepaskan kesenangan itu sesuai hawa nafsu kita, tetapi ada di dalam koridor untuk menaati Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar Walillahilham.

Takbir adalah pernyataan kita, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Yang Maha Besar. Hanya kepada Allah kita meminta, hanya kepada Allah kita berdoa. Kita tidak meminta kepada selain Allah, kita mentauhidkan Allah. Karena inilah inti daripada ibadah kita kepada Allah yaitu hanya mentauhidkan Allah dan tidak menyekutukan apapun dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Idul Fitri dan Idul Adha sesungguhnya merupakan pernyataan kita kepada Allah dengan takbir yang kita laksanakan. Sesungguhnya hanya Allah yang harus kita sembah, sesungguhnya hanya Allah yang hanya kita agungkan. Sehingga dengan demikian kita memahami bahwa diri kita ini adalah hamba Allah dan bahwa makhluk seluruhnya itu adalah sama Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar Walillahilham.

Jamaah Idul Adha rahimani wa rahimakumullah.

Sesungguhnya Idul Adha adalah hari dimana disebut di dalam Al-Qur’an sebagaimana yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sampaikan di dalam surat As-Saffat adalah merupakan hari pengorbanan Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam dengan putranya Ismail. Sekaligus hari penganugerahan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap kedua hamba-Nya yang saleh ini untuk menambatkan anugerah yang luar biasa sebagai hamba yang dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Itulah Ibrahim dan Ismail, seorang hamba yang dengan ketulusannya, dengan ibadahnya, dengan tauhidnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala diabadikan oleh Allah di dalam Al-Qur’an karena pengorbanannya. Adalah Ibrahim ‘Alaihissalam seorang yang sudah tua renta, disebutkan di dalam satu riwayat waktu itu Ibrahim sudah berusia 86 tahun, beliau mengharap kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk dikaruniai seorang putra. Sehingga berdoa:

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ

“Wahai Rabbku, berikanlah kepadaku keturunan yang saleh.”

Dan karena kesalehan seorang Ibrahim lalu Allah langsung mengijabah doanya.

فبشرناه بغلام حليم

Artinya: “Lalu kami beri kabar gembira Ibrahim dengan seorang putra yang penyantun.”

Tetapi tidak lama kemudian Allah menguji Ibrahim yang sangat mencintai putra yang saleh ini. Sehingga turunlah wahyu melalui mimpi. Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintah agar Ibrahim menyembelih putranya yang sangat dia cintai, putra yang sangat diharapkan bisa melanjutkan risalah dakwahnya. Tetapi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala disuruh untuk menyembelih dengan tangannya sendiri.

 فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “ Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu, InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS. Ash-Saffat: 102)

Mengapa ini bisa terjadi? Karena Ibrahim, karena Ismail betul-betul seseorang yang memasrahkan hidupnya, memasrahkan lehernya untuk kepentingan Allah, untuk mentaati Allah, untuk hanya menyembah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan karena itu dia merelakan seluruhnya karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan inilah yang kemudian menjadikan Ibrahim dan Ismail lulus dari ujian yang sangat berat. Bahkan Allah menegaskan ini memang ujian yang sangat nyata, ujian yang berat.

 إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلاءُ الْمُبِينُ

“Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.” (QS. Ash-Shaffat: 106)

Bagaimana mungkin seorang ayah harus menyembelih dengan tangannya sendiri anak yang sangat dia cintai, anak yang sangat dia dambakan sebelumnya. Tetapi karena Allah memberikan hidayah kepada Ibrahim dan Ismail sebagai kedua orang yang sangat taat kepada Allah, dua orang yang betul-betul memasrahkan hidupnya hanya untuk Allah, maka segalanya itu mudah diterima oleh Ibrahim dan Ismail.

Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar Walillahilham.

Jamaah Idul Adha rahimani wa rahimakumullah.

Sesungguhnya keteladanan Ibrahim ‘Alaihissalam dicatat di dalam sejarah dan juga oleh manusia-manusia pilihan Allah. Ibrahim dan Ismail j adalah teladan. Sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala mencatat ada beberapa keluarga yang mengikuti keteladanan keluarga Ibrahim. Allah Subhanahu wa Ta’ala menegaskan:

إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ

Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (pada masa masing-masing)” (QS. Al-‘Imran: 33)

Keluarga ‘Imran adalah keluarga biasa. Akan tetapi keluarga ‘Imran adalah keluarga yang taat dan mentauhidkan Allah. Oleh karena itu dia mendapatkan pujian dari Allah diabadikan namanya di dalam Al-Qur’an. Dalam kehidupan sejarah para sahabat, ada diantara manusia yang juga memberikan keteladanan kepada kita. Bagaimana berkorban untuk Allah, berkorban dalam rangka untuk menyembah Allah dan mentauhidkan-Nya adalah Suhaib, salah seorang sahabat Rasulullah ﷺ yang akan berhijrah ke Madinah. Pada saat akan berhijrah maka orang-orang kafir Quraisy menghadang, menjadikan agar Suhaib ini tidak jadi hijrah ke Madinah. Lalu pada saat itu Suhaib mengatakan,

“Wahai orang-orang Quraisy, kalian tahu aku adalah seorang pemanah yang ulung dan tidak pernah meleset panahku. Apabila kalian mau maka akan saya panah satu persatu kalian sehingga kalian semua akan mati. Atau kalian biarkan saya dan saya tinggalkan seluruh harta benda saya di Mekah. Silahkan kalian ambil dan biarkan saya pergi ke Madinah untuk menemui Rasulullah.”

Inilah yang kemudian menyebabkan turunnya ayat,

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّشْرِيْ نَفْسَهُ ابْتِغَاۤءَ مَرْضَاتِ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ رَءُوْفٌۢ بِالْعِبَادِ

Artinya: “Dan diantara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridhaan Allah. Dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 207)

Saat ini kau muslimin pada zaman ini sangat memerlukan Ibrahim-Ibrahim dan Ismail-Ismail yang pada zaman ini, yang betul-betul berkorban untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yang betul-betul menjadikan hidupnya hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Musuh-musuh Islam saat ini bersama-sama bersatu ingin menghancurkan Islam dan kaum muslimin melalui media-media pemberitaan mereka. Mereka menyudutkan Islam dan kaum muslimin dan mereka sudah sepakat untuk menyematkan bahwa terorisme itu hanya milik Islam dan kaum muslimin. Padahal apabila mereka adil sesungguhnya terorisme itu terjadi di setiap tempat, terjadi pada setiap agama, terjadi pada setiap komunitas masyarakat. Tetapi mereka sudah terlanjur menyematkan bahwa terorisme itu hanya ada pada lingkungan Islam dan kaum muslimin.

Marilah kita lihat bagaimana justru Islam dan kaum muslimin menjadi sasaran terorisme dan radikalisme. Kita melihat bagaimana umat Islam di Palestina yang senantiasa hampir tiap hari mendapat teror, dibunuh, diusir oleh mereka zionis-zionis Yahudi. Kemudian di berbagai tempat yang lain di Myanmar, di Sudan, di Afrika Tengah dan di berbagai negara-negara lain bahkan di setiap negara di mana umat Islam minoritas, umat Islam senantiasa menjadi bulan-bulanan. Tetapi itu seluruhnya tidak ada pemberitaannya di media massa.

Jamaah sekalian rahimani wa rahimakumullah.

Umat Islam saat ini memerlukan pejuang-pejuang, memerlukan pengorban-pengorban, orang yang berkorban untuk Allah, orang yang berkorban untuk agamanya. Tetapi ingat sesungguhnya itu tidak mungkin terjadi dilakukan oleh setiap kita kaum muslimin kecuali dengan prasyarat bahwasanya setiap muslim harus masuk kepada Islam secara totalitas. Allah menegaskan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ  إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhanl dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh ia musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 208)

Marilah kita lihat faktanya. Bagaimana fakta kaum muslimin? Apakah mereka secara totalitas masuk ke dalam Islam? Termasuk diri kita seluruhnya. Realitasnya kita melihat banyak umat Islam mengaku muslim tetapi shalatnya bolong-bolong. Banyak kaum laki-laki muslim yang kemudian shalatnya di rumah masing-masing. Padahal aturan Islam yang dituntunkan atau disunnahkan Rasullullah ﷺ tidaklah shalatnya laki-laki itu kecuali di dalam masjid. Dan dikenal pada masa Rasulullah, pada masa sahabat, mereka shalat di rumahnya dari kaum laki-laki tidaklah dari mereka itu kecuali orang-orang munafik.

Yang kita lihat faktanya masjidnya megah tapi hanya satu dua orang yang berjamaah. Ini adalah cerminan realitas kau muslimin yang belum bisa untuk menegakkan Islam dari hal-hal yang paling dasar, dari hal yang paling mendasar dalam kehidupan dan tatanan Islam. Banyak kaum muslimah yang mengaku muslimah tetapi justru mereka tidak mau menutup auratnya. Padahal ini adalah kewajiban seorang muslimah, bahkan sebagian mereka malah mempertontonkan auratnya. Merasa bangga bahwa dirinya sebagai seorang wanita yang cantik sehingga harus dipertontonkan kecantikannya. Padahal dengan tegas Allah menegaskan:

وَقَرْنَ فِيْ بُيُوْتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْاُوْلٰى

Artinya: “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu. Dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliah dahulu.” (QS. Al-Ahzab: 33)

Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar Walillahilham.

Banyak kaum muslimin yang kaya tetapi tidak mau untuk memberikan zakatnya. Banyak kaum muslimin yang menolak syariat Islam, menolak hukum waris, menolak hukum poligami dan yang lain-lainnya. Dengan atas nama hak asasi manusia dan seterusnya. Bagaimana mereka disebut sebagai orang-orang yang masuk Islam secara kaffah, secara universal, secara totalitas. Oleh karena itu, tidak mungkin kita akan mendapatkan kejayaan Islam sebagaimana yang dulu pernah kita saksikan di dalam sejarah pada zaman Rasulullah, pada zaman Khulafaur Rasyidin dan pada zaman kejayaan-kejayaan Islam masa lalu. Kecuali dengan kita betul-betul komitmen menjalankan Islam sepenuhnya. Dan inilah yang akan mengangkat Islam dan kaum muslimin kepada izzahnya, kepada kemuliaanyya dihadapan Allah dan dihadapan orang-orang kafir.

Kemudian bahwa kita masuk Islam secara total itu harus ada dalam dua prinsip dasar. Yang pertama adalah betul-betul apa yang kita lakukan dari seluruh syariat Islam itu adalah Lillahita’ala ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan yang kedua adalah Almutaba’ah, mengikuti tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Kita tidak melakukan sesuatu kecuali apa yang telah ditetapkan, yang diperintahkan oleh Rasulullah ﷺ. Sehingga beliau di dalam hadis sahih riwayat Imam Muslim menegaskan dari Aisyah Rhadiyallahu ‘Anhu:

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

Artinya: “Siapa yang melakukan amalan tanpa atas perintahku, maka amalan itu tertolak.” (HR. Muslim)

Sesungguhnya sederhana bagi seorang muslim, apabila ingin mendapatkan kejayaan patuhilah Allah, patuhilah Rasul-Nya. Jangan melakukan sesuatu kecuali apa yang Allah perintahkan, yang Rasul-Nya perintahkan. Jaminannya mereka yang taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik secara individu maupun secara kolektif, secara komunitas, sebagai bangsa, sebagai negara Allah menegaskan:

 وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Artinya: “Dan sekiranya penduduk negeri itu beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai apa yang telah mereka kerjakan” (QS. Al-A’raf: 96)

Dan Allah menegaskan:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً

Artinya: “Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (QS. An-Nahl: 97)

Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar Walillahilham.

Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepada kita hidayah, memberikan kepada kita taufik. Sehingga kita betul-betul bisa komitmen masuk kepada Islam secara totalitas, masuk kepada Islam secara menyeluruh. Kita jalankan semua perintah Allah, kita jauhi seluruh larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan inilah yang akan menjamin kebahagiaan kita dan akan menjamin kejayaan Islam dan kaum muslimin. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala menguatkan kita seluruhnya menjadi hamba-hamba-Nya yang InsyaAllah dengan kekuatan dari Allah menjadikan kita seluruhnya sebagai hamba-hamba yang bertakwa, hamba-hamba-Nya taat kepada Allah. sehingga kita seluruhnya menghadap Allah dalam keadaan khusnul khatimah, Aamiin ya Rabbal Alamiin.

 اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على ابراهيم وعلى آل ابراهيم إنك حميد مجيد

 اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الاحياء منهم والاموات  ياقاضي الحاجات

 اللهم أعز الاسلام والمسلمين واهلك الكفرة والمبتدعة والمشركين أعدائك أعداء الدين

 اللهم شدد شملهم ومزق جمعهم وزلزل اقدامهم وألقي في قلوبهم الرعب إنك على كل شيء قدير

 ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الاخره حسنة وقنا عذاب النار

Tonton video lengkapnya di bawah ini:

Leave a Comment

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *