الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر ولله الحمد
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللهم صل على صفيك ورسولك محمد وعلى اله وصحبه اجمعين
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر ولله الحمد
Jamaah Idul Adha rahimani wa rahimakumullah.
Alhamdulillah Allah Subhanahu wa Ta’ala pada pagi hari ini memberikan taufik kepada kita untuk bersama-sama merayakan Idul Adha, hari raya besar kaum muslimin. Takbir Allahuakbar adalah pernyatan dan permakluman kita terhadap hak rububiyah Allah. Bahwasanya kita meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Zat yang menciptakan kita. Dialah yang menghidupkan dan mematikan kita, yang mengurus seluruh urusan kita dan semua makhluk di alam semesta ini. Yang memiliki semuanya Dialah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allahuakbar (Allah Maha Besar) adalah pernyataan dan permakluman kita terhadap tauhid asma’ wa sifat. Yaitu bahwa kita meyakini Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki nama-nama yang maha indah. Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki sifat-sifat yang menunjukkan kesempurnaan-Nya. Sedangkan kita makhluk-Nya, seluruh alam semesta adalah makhluk yang lemah dan tidak percaya kecuali dengan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allahuakbar (Allah Maha Besar) adalah pernyataan dan permakluman kita terhadap tauhid uluhiyah. Yaitu bahwa kita meyakini hanya Allah satu-satunya yang berhak untuk kita beribadah kepada-Nya. Hanya Allah satu-satunya yang berhak untuk kita sembah. Hanya Allah satu-satunya yang berhak kita memohon, berdoa kepada-Nya. Adapun makhluk, adapun ciptaan Allah, merekalah yang harus beribadah dan meminta pertolongan kepada Allah. Tidak berhak untuk disembah, tidak berhak untuk kita berdoa kepadanya. Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar Walillahilham.
Jamaah Idul Adha rahimani wa rahimakumullah.
Penyembelihan Ibrahim ‘Alaihissalam terhadap putra tercintanya Ismail ‘Alaihissalam memiliki banyak pelajaran, memiliki banyak hikmah yang senantiasa perlu untuk kita pelajari dan kita amalkan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “ Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu, InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS. Ash-Saffat: 102)
Maka tatkala Ismail telah mencapai usia dia bisa membantu bersama-sama orang tuanya, berusaha bersama orang tuanya. Ibrahim bertanya kepada putranya Ismail,
“Sesungguhnya aku bermimpi wahai putraku sedang menyembelihmu. Oleh karena itu hendaknya kamu memikirkan, merenungkan bagaimana pendapatmu terhadap mimpi itu.”
Sementara mimpi Nabi adalah wahyu dari Allah, perintah dari Allah. Itu artinya Allah memerintahkan kepada Ibrahim ‘Alaihissalam untuk menyembelih putranya Ismail. Jawaban seorang anak yang saleh, dia tidak memikirkan, tidak merenungkan, tetapi pada saat itu juga beliau Ismail ‘Alaihissalam menegaskan,
“Wahai ayahku, laksanakan apa yang Allah perintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”
Pelajaran pertama yang bisa kita ambil adalah hendaknya kia taat kepada Allah tanpa syarat. Sungguh menyembelih anak sendiri, anak yang sangat dicintai di dalam riwayat waktu itu disebutkan Ismail pada usianya yang 7 tahun. Ibrahim ‘Alaihissalam yang berdoa kepada Allah meminta putra yang kemudian diberikan oleh Allah Ismail ‘Alaihissalam pada waktu itu beliau berusia lebih dari 80 tahun. Pada saat sudah diberikan putra berusia 7 tahun Allah menyuruhnya untuk menyembelih putra ini. Sesuatu yang sangat berat, tetapi karena ini adalah perintah Allah, baik Ibrahim maupun Ismail menyerahkan secara totalitas kepada Allah dan tunduk patuh kepada Allah melaksanakan apa yang Allah perintahkan. Inilah seorang muslim. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا
Artinya: “Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Ahzab: 36)
Jamaah Idul Adha rahimani wa rahimakumullah. Pada saat turun ayat:
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ
Artinya: “Kamu tidak akan memperoleh kebajikan sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai.” (QS. Ali Imran: 92)
Sahabat Abu Thalhah, seorang miliarder dari kaum Anshar, dari tokoh Madinah waktu itu. Abu Thalhah yang memiliki begitu banyak kebun kurma, beliau langsung menghadap Rasulullah ﷺ. Beliau mengatakan,
“Wahai Rasulullah saya memiliki banyak kebun kurma. Tetapi diantara kebun kurma itu yang paling aku cintai adalah kebun kurma yang berada di samping masjid Nabawi.”
Nabi ﷺ kadangkala masuk ke dalam gedung kebun itu untuk meminum air segar di dalamnya. Kemudian Abu Thalhah menyampaikan kepada Rasulullah ﷺ,
“Wahai Rasulullah kebun ini aku serahkan kepada Allah dan Rasul-Nya. Kebun ini aku serahkan untuk kepentingan agama Allah.”
Subahanallah, kebun yang paling dia cintai bairuha’ diserahkan kepada Rasullullah ﷺ untuk kepentingan agama Allah. Itulah Abu Thalhah, tokoh dan miliarder dari kalangan Anshar pada waktu itu. Lalu Rasulullah ﷺ menegaskan:
بَخٍ ذَلِكَ مَالٌ رَابِحٌ
“Luar biasa, ini adalah harta yang sangat menguntungkan.”
Inilah sikap seorang muslim manakala mendengarkan ayat, manakala mendengarkan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala langsung berusaha untuk menjalankannya. Marilah kita melihat saudara saudara sekalian, manakala Allah Subhanahu wa Ta’ala memanggil kita selama lima waktu shalat, apakah benar kita menjawab panggilan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk shalat lima waktu di dalam masjid-Nya, di dalam rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala? Ataukah masjid-masjid itu masih tetap lengang? Padahal kumandang azan memanggil kita untuk menghadap dan untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita tidak disuruh untuk menyembelih putra kita. Kita hanya disuruh untuk mentaati Allah yang itu adalah dalam rangka kemaslahatan kita. Kepada ibu-ibu muslimah, kepada remaja-remaja putri, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَقَرْنَ فِيْ بُيُوْتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْاُوْلٰى
Artinya: “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu. Dan janganlah kamu berhias (bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliah dahulu.” (QS. Al-Ahzab: 33)
Apa yang kita saksikan, banyak bahkan mayoritas kaum muslimah masih belum menutup auratnya, masih bersolek dan berdandan yang itu merupakan kemurkaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hendaknya kita kembali kepada Allah, mentaati Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah memerintahkan kita kecuali untuk kemaslahatan kita, kecuali untuk kebaikan kita. Marilah kita teladani Nabi Ibrahim, hal yang sangat berat tetap dilaksanakan. Kita tidak disuruh untuk menyembelih putra kita. Kita tidak disuruh sebagai orangtua untuk menyembelih putra kita dengan tangan kita sendiri, tidak. Tetapi kita hanya diperintahkan mentaati Allah. Oleh karena itu, mestinya kita mentaati Allah dan tidak berbuat maksiat kepada-Nya.
Pelajaran yang kedua dari kisah penyembelihan Ibrahim terhadap putranya Ismail adalah hendaknya kita selalu berbaik sangka kepada Allah. Sesungguhnya perintah untuk menyembelih seorang putra tercinta adalah perintah yang di luar logika dan nalar kita, di luar perasaan dan peri kemanusiaan. Sesuatu yang mustahil, sesuatu yang memang di luar logika dan di luar perasaan, di luar peri kemanusiaan. Tetapi karena ini adalah perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala maka Ibrahim dan Ismail berbaik sangka kepada Allah. Tidak mungkin Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mencelakakan hamba-Nya. Allah pasti akan memberikan keselamatan, oleh karena itu keduanya tetap berbaik sangka kepada Allah menjalankan perintah Allah betapapun berat, betapapun di luar nalar dan logika, di luar perasaan dan kemanusiaan tetap menjalankan itu sebagai perintah Allah. Dan benar akhirnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengganti Ismail dengan seekor kambing besar sebagai sembelihan. Ini menunjukkan bahwa hendaknya kita senantiasa berbaik sangka kepada Allah.
أنا عند حسن ظن عبدي بي
Di dalam hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah dalam hadis sahih diriwayatkan Imam Muslim, “Sesungguhnya Aku tergantung persangkaan baik hamba-Ku.”
Jamaah sekalian rahimani wa rahimakumullah.
Saat ini kita mendengar berbagai isu yang meresahkan kita. Ada isu yang mengatakan bahwa bangsa kita saat ini sudah dikuasai oleh asing. Bahwa 70% tanah kita sudah dikuasai oleh non muslim. Bahwa yang menguasai ekonomi, yang menguasai politik, yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan sebagainya adalah orang-orang yang benci kepada Islam. Kita ditakut-takuti dengan berbagai macam kekhawatiran, dengan berbagai macam isu. Hendaknya kita yakin kepada Allah, Hendaknya kita berbaik sangka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
أنا عند حسن ظن عبدي بي
Allah menegaskan “Saya tergantung persangkaan baik hamba-Ku terhadap-Ku. “
Apabila kita betul-betul beriman, apabila kita betul-betul beramal saleh, menguatkan meneguhkan iman dan tawakal kita kepada Allah, hendaknya kita senantiasa beriman dan beramal saleh. InsyaAllah dengan demikian Allah akan menurunkan keberkahan dari langit dan bumi.
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
Artinya: “Dan sekiranya penduduk negeri itu beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’raf: 96)
Ini adalah janji Allah. jangan sampai kita ditakut-takuti, dikhawatirkan dengan berbagai isu yang akhirnya membuat kita tidak tenang dengan hidup kita. Allah lah yang memberikan keamanan, Allah lah yang memberikan ketenangan, Allah yang memberikan kemakmuran bukan yang lainnya.
Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar Walillahilham.
Marilah kita tiru Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya. Pada saat orang-orang kafir quraisy menakut-nakuti Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya dengan mengatakan:
إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
Artinya: Ketika ada orang-orang mengatakan kepadanya “Orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,” ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah (menjadi penolong)bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.” (QS. Al-‘Imran: 173)
Itulah yang hendaknya kita katakan ketika kita mendengar berbagai macam isu, berbagai macam kehawatiran yang senantiasa dihembuskan kepada kau muslimin. Karena sesungguhnya para sahabat adalah orang-orang yang lemah. Mereka tidak memiliki apa-apa, orang-orang yang miskin. Tetapi dengan keimanan mereka, dengan keteguhan mereka, dengan ketakwaan mereka kepada Allah, mereka yang jumlahnya sedikit, mereka yang lemah mereka yang miskin ini, bisa menaklukkan super power dunia waktu itu yaitu kerajaan Persia dan Romawi. Itulah kekuatan iman, itulah kekuatan sangka baik kita kepada Allah. Allah akan menolong kita, Allah akan membantu kita karena sesungguhnya hanya Allah yang bisa untuk menyelesaikan semuanya. Allah yang memberikan solusi terhadap seluruh urusan kita, bukan kekuatan kita tetapi kekuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar Walillahilham.
Pelajaran yang ketiga:
مَنْ تَرَكَ شَيْئًا للهِ عَوَّضَهُ اللهُ خَيْرًا مِنْه
Artinya: “Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik.”
Jamaah Idul Adha rahimani wa rahimakumullah.
Ibrahim percaya bahwasanya ketika dia meninggalkan kecintaannya kepada Ismail yang sangat dicintainya karena Allah, pasti Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik. Ismail percaya ketika dia betul-betul rela mengorbankan nyawanya, nyawa untuk Allah, pasti Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik. Sesuatu yang tidak ringan tetapi mereka melakukan itu karena yakin kepada Allah. Dan benar, Allah Subhanahu wa Ta’ala memuliakan keduanya sebagai Nabi Allah. Memuliakan mereka dengan kedudukan yang tinggi disisi Allah dan mengganti mereka dalam hal ini Ismail ‘Alaihissalam dengan kambing besar sebagai sembelihan.
Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar Walillahilham.
Oleh karena itu hendaknya kita berusaha meninggalkan sesuatu dalam rangka untuk ketakwaan kita kepada Allah. Meninggalkan maksiat, meninggalkan kemurkaan, meninggalkan kemungkaran dalam rangka untuk mentaati Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ingatlah para sahabat dari kalangan Muhajirin. Mereka meninggalkan tanah air kelahiran mereka yang mereka cintai, meninggalkan Mekah. Tidak hanya meninggalkan tanah kelahirannya, tetapi meninggalkan seluruh harta bendanya, bahkan keluarganya yang masih kafir ditinggalkannya untuk hijrah ke Madinah dalam rangka untuk mentaati Allah. Maka ketika di Madinah Allah menggantikan untuk mereka tanah yang lebih baik, yang lebih luas, bahkan memberikan kekuasaan kepada mereka, memberikan harta yang lebih banyak. Dan itulah janji Allah kepada mereka yang benar-benar yakin kepada Allah, dimana Allah pasti akan menggantikan kepada kita sesuatu yang lebih baik dalam rangka meninggalkan sesuatu karena mentaati Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar Walillahilham.
Suatu ketika ada seorang pemuda yang sudah lima hari tidak makan kecuali hanya minum air. Dia seorang penuntut ilmu, sudah berada batas ambang kelaparan yang luar biasa. Sehingga terbersit ingin mencuri sekedar untuk bisa menegakkan tulangnya, untuk bisa menyambung hidup. Pada saat dia masuk ke dapur seseorang yang berada di samping masjid, dia sudah menggigit makanan itu. Lalu dia ingat Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka diletakkan makanan itu, kembali ke masjid dan kembali ke majelis ilmu dengan menahan lapar yang sangat. Setelah pelajaran selesai seluruh dari anggota majelis ilmu, seluruh penuntut ilmu sudah bubar, dia masih berada di dalam masjid bersama Syaikhnya. Lalu datanglah seorang perempuan yang datang kepada sang guru,
“Wahai guru. Saya adalah seorang janda kaya yang ditinggalkan beberapa tahun oleh suami saya meninggal dunia. Saya memiliki rumah dan harta yang banyak. Apabila ada di antara murid Syaikh, murid sang guru siap menikahi saya, maka saya siap.”
Pada saat itu dia sendirian berada di masjid itu bersama sang guru. Maka di tanyakanlah kepada pemuda ini,
“Wahai pemuda, apakah kau mau menikah?”
Pemuda ini mengatakan, “Bagaimana saya menikah wahai syaikh? Saya tidak punya apa-apa.”
Ditanya lagi asalkan kamu menikah maka sesungguhnya Allah akan memudahkan. Maka dia mengatakan mau dan segera waktu itu juga dinikahkan oleh Syaikhnya. Lalu pulanglah pemuda ini bersama istri barunya dan ketika yang pertama kali dilakukan adalah diajak makan karena dia dalam kondisi sangat lapar. Ketika makanan itu dibuka dia kaget karena ternyata dialah pemilik rumah itu, dimana ada gigitan makanan di situ. Maka sang istri juga bertanya,
“Ada apa karena engkau merasa kaget dengan keadaan ini?”
Dia mengatakan, “Sesungguhnya sayalah yang mengigit makanan ini. Tetapi saya ingat kepada Allah, lalu saya tinggalkan.”
Maka istrinya mengatakan, “Itulah apabila seseorang itu bertakwa kepada Allah, Allah akan menggantikan dengan yang lebih baik. Sekarang kamu tidak saja mendapatkan makanan ini. Tetapi engkau mendapatkan pemilik rumah ini dan seluruh harta benda yang ada di dalamnya.”
Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar Walillahilham.
Jamaah Idul Adha rahimani wa rahimakumullah.
Pelajaran terakhir yang bisa kita ambil dari penyembelihan Ibrahim terhadap putranya Ismail adalah birrul walidain. Ismail ‘Alaihissalam mengatakan:
يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS. Ash-Shaffat: 102)
Ini adalah bentuk ketaatan kepada Allah sekaligus ketundukan dan ketaatan kepada orangtua yang memerintahkan kepada kebaikan. Birrul walidain adalah diantara perilaku dan karakter sifat terpuji yang dimiliki oleh para Nabi. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji Nabi Yahya ‘Alaihissalam
وَبَرًّا بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُن جَبَّارًا عَصِيًّا
Artinya: “Dan sangat berbakti kepada kedua orang tuanya, dan dia bukan orang yang sombong (bukan pula) orang yang durhaka.” (QS. Maryam: 14)
Ketika berbicara tentang Nabi Isa ‘Alaihissalam, Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji Nabi Isa dan Nabi Isa dikatakan bahwasannya:
وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا
Nabi Isa menegaskan “Dan sangat berbakti kepada kedua orang tuanya, dan dia bukan orang yang sombong (bukan pula) orang yang durhaka.” (QS. Maryam: 32)
Senantiasa berbakti kepada kedua orang tuanya. Dan Allah mengirimkan perintah untuk berbakti kepada kedua orangtua ini dengan perintah untuk menyembah kepada-Nya.
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak.” (QS. Al-Isra’: 23)
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengirimkan bersyukur kepada Allah, perintah untuk bersyukur kepadanya juga untuk bersyukur kepada kedua orangtua.
أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ
“Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.” (QS. Lukman: 14)
Ketika ada seorang Badui datang kepada Rasulullah ﷺ bertanya tentang dosa-dosa besar, Rasulullah ﷺ menjelaskan ketika ditanya:
يا رسول الله، ما الكبائر؟ قال: «الإشراك بالله»، قال: ثمّ ماذا؟ قال: «عقوق الوالدين»
“Apakah yang termasuk dosa-dosa besar itu wahai Rasulullah?” Nabi ﷺ menegaskan, “Dosa terbesar yang pertama adalah menyekutukan Allah” Badui ini kemudian bertanya, “Lalu dosa apalagi ya Rasulullah?” Nabi menjawab, “Durhaka kepada kedua orang tua.”
Kita saat ini, generasi kita sangat membutuhkan generasi-generasi yang berbakti kepada orang-tua. Generasi yang taat kepada Allah dan juga taat kepada kedua orangtuanya. Saat ini yang ironis 4,1 juta dari penduduk Indonesia adalah korban dari NARKOBA (Narkotika dan Obat-Obatan Terlarang). Apabila mereka menghancurkan diri sendiri dengan narkoba, jumlah mereka lebih daripada 4 juta dari bangsa Indonesia, bagaimana mereka bisa berbakti kepada kedua orangtuanya. Dimana mayoritas mereka adalah remaja, anak-anak. Bagaimana mereka bisa berbakti kepada orangtua apabila telah menghancurkan dirinya sendiri? Bagaimana mereka bisa menyembah Allah, bisa taat kepada Allah apabila dia menghancurkan dirinya sendiri? Maka kita memerlukan generasi generasi yang taat kepada Allah, generasi yang taat kepada orangtua. Dan inilah yang akan melanjutkan perjuangan kita dalam menegakkan Allah dan menjaga tanah air kita.
اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على ابراهيم وعلى آل ابراهيم إنك حميد مجيد
اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الاحياء منهم والاموات ياقاضي الحاجات
اللهم أعز الاسلام والمسلمين واهلك الكفرة والمبتدعة والمشركين أعدائك أعداء الدين
اللهم شدد شملهم ومزق جمعهم وزلزل اقدامهم وألقي في قلوبهم الرعب إنك على كل شيء قدير
ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الاخره حسنة وقنا عذاب النار
Tonton video lengkapnya di bawah ini: