Khutbah Idul Fitri 1442 Hijriah

Khutbah Idul Fitri 1442 Hijriah

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اللهم صل على صفيك ورسولك محمد وعلى اله وصحبه اجمعين

 يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Jamaah Idul Fitri rahimani wa rahimakumullah.

Tema khutbah kita pada kesempatan kali ini yaitu Tegakkan Keadilan, Jauhi Kezaliman dengan Takwa. Marilah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, bahwa kita termasuk diantara hamba Allah yang dididik oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan. Agar kita menjadi hamba Allah yang bertakwa, agar kita menjadi hamba Allah yang taat kepada-Nya. Mudah-mudahan target menjadi hamba yang bertakwa kepada Allah itu, benar-benar bisa kita raih, Aamiin ya Rabbal Alamiin. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)

Sehingga target kita selama satu bulan penuh dalam didikan Ramadhan dengan berbagai ketaatan yang kita lakukan, baik puasa, baik shalat malam, baik sedekah dan berbagai ketaatan yang kita lakukan seluruhnya itu, adalah untuk meraih satu yaitu menjadi hamba Allah yang bertakwa. Kenapa takwa? Karena tidak ada derajat, tidak ada gelar tertinggi di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala selain takwa. Allah menegaskan:

اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ

Artinya: “Sungguh yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.” (QS. Al-Hujurat: 13)

Manakala seseorang itu bertakwa kepada Allah, apabila dia senantiasa taat kepada Allah, maka inilah bekal sebaik-baiknya untuk kebaikan hidup kita, keselamatan, keberkahan hidup kita di dunia sampai di akhirat.

وَتَزَوَّدُوا۟ فَإِنَّ خَيْرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقْوَىٰ

Artinya: “Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-beik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah: 197)

Semoga apa yang kita kerjakan selama Ramadhan, dari berbagai ketaatan itu, masih tetap kita bawa, masih tetap berpengaruh dalam kehidupan kita pada sebelas bulan berikutnya, dalam hari-hari atau masa-masa yang akan datang. Karena seseorang yang senantiasa menahan dirinya dari melakukan berbagai dosa, kemaksiatan dan apa yang dilarang oleh Allah, selalu menahan diri dari hawa nafsunya, inilah hakikat sesungguhnya seorang hamba Allah yang taat dan yang bertakwa kepada Allah. Dan dengan demikian dia akan senantiasa berada di dalam bimbingan dan hidayah Allah.

Jamaah Idul Fitri rahimani wa rahimakumullah.

Mudah-mudahan suasana Ramadhan yang selama ini kita rasakan dengan berbagai ketaatan, terus terbawa dalam masa-masa yang akan datang. Senantiasa kita menjadi hamba-hamba Allah yang seolah-olah sepanjang tahun itu kita berada di bulan Ramadhan yang penuh dengan ketaatan kepada Allah, penuh dengan menahan diri dari berbagai hal yang dilarang oleh Allah. Sehingga kita benar-benar akan menjadi orang yang bertakwa, seorang yang berjalan di muka bumi ini dengan ketaatan dan takwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan kita yakin sebagai seorang hamba Allah, bahwa apapun yang kita kerjakan itu nantinya dari berbagai ketaatan pasti akan dibalas oleh Allah dengan pahala yang besar. Dan pahala itu akan kita terima nanti di akhirat. Dan kita harus yakin seyakin-yakinnya, bahwa surga yang akan diberikan kepada kita. Allah menegaskan:

مَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ اللّٰهِ فَاِنَّ اَجَلَ اللّٰهِ لَاٰتٍ

Artinya: “Barangsiapa mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah pasti datang.” (QS. Al-‘Ankabut: 5)

Dan itulah yang akan kita rasakan, kita tunggu untuk bertemu dengan Allah untuk mendapatkan balasan atas ketaatan-ketaatan yang telah kita lakukan selama di dunia. Salah satu karakter paling kuat dari seorang yang bertakwa kepada Allah adalah dia akan selalu bersikap adil, dimana dan kapan saja. Sehingga Allah berfirman:

اِعْدِلُوْاۗ هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۖ

Artinya: “Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa.” (QS. Al-Maidah: 8)

Jamaah Idul Fitri rahimani wa rahimakumullah.

Jika kita ingin menegakkan keadilan sejati, bukan keadilan palsu, maka jadilah orang yang bertakwa. Jadilah orang yang takut kepada Allah, takut melanggar perintah dan larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena rumusnya orang yang bertakwa atau takut kepada Allah, pasti dia adil. Sedangkan orang yang tidak takwa kepada Allah, tidak ada jaminan dirinya akan bisa adil. Semakin bertakwa seseorang, maka dia akan semakin adil karena dia takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga dia tidak akan melenceng dan tidak akan menzalimi orang lain. Inilah orang yang bertakwa. Dan di muka bumi ini tidak ada orang yang lebih adil daripada Rasulullah, lebih bertakwa daripada Rasulullah ﷺ.

Pada saat perang hunain Nabi ﷺ mendapatkan rampasan perang yang luar biasa banyak. Kemudian ketika Nabi selesai membagikan rampasan perang atau ghanimah, ada seseorang yang mengatakan kepada Nabi ﷺ, seseorang yang namanya Dzul Khuwaishirah. Dia mengatakan kepada Rasulullah ﷺ:

 يَا رَسُولَ اللَّهِ اعْدِلْ

“Wahai Rasulullah, hendaknya engkau berlaku adil.”

Maka apa jawaban Rasulullah ﷺ?

 وَيْلَكَ ! وَمَنْ يَعْدِلُ إِذَا لَمْ أَعْدِلْ

Celaka kamu, Siapa yang bisa berlaku adil lagi, kalau aku tidak berlaku adil.”

Artinya Nabi secara implisit menegaskan bahwa beliau adalah orang yang paling adil di muka bumi. Kalau beliau tidak bisa berlaku adil, siapa lagi di muka bumi ini yang bisa menegakkan keadilan. Nabi adalah orang yang paling adil karena beliau adalah orang yang paling bertakwa. Oleh karena itu kalau kita ingin menegakkan keadilan sejati, maka jadilah orang yang bertakwa. Dan apabila seseorang itu tidak bertakwa kepada Allah, maka jangan mimpi atau berharap akan terjadi keadilan.

Jamaah sekalian rahimani wa rahimakumullah.

Marilah kita lihat kondisi global saat ini. Di dunia ini kita melihat bahwasanya kezaliman berada dimana-mana. Di Cina misalnya, di Uighur kaum muslimin mendapatkan kezaliman dari orang-orang Cina. Kemudian di India, orang-orang muslim di Kashmir mendapatkan kezaliman yakni sebagian dari mereka di bunuh. Demikian juga yang terjadi di Palestina, tanah mereka di caplok, di rampok dan sebagian mereka di bunuh hingga saat ini. Itulah yang terjadi dunia. Tetapi ketika terjadi hal-hal yang mungkin bukan merupakan kesalahan umat Islam, justru yang dilabeli sebagai teroris adalah orang-orang Islam. Padahal Islam tidak pernah mengajarkan terorisme dan kekerasan. Inilah bentuk ketidakadilan, bentuk kezaliman yang ada di muka bumi. Karena mereka adalah orang-orang yang tidak bertakwa, tidak beriman, kufur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Jamaah sekalian rahimani wa rahimakumullah.

Oleh karena itu kita harus memahami bahwa di dunia ini terjadinya ketidakadilan, terjadinya kezaliman disebabkan karena mereka tidak beriman kepada Allah dan tidak bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Zalim yang merupakan lawan daripada keadilan,

 الظلم هو وضع الشيء في غير موضعه

Meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya. Inilah kezaliman yang merupakan lawan daripada keadilan.

Syeikh Utsaimin Rahimahullah bahwa:

 الظلم هو النقص

“Kezaliman adalah kekurangan”.

Artinya, apabila seorang hamba tidak menjalankan hak Allah, tidak melakukan puasa, tidak menjalankan shalat atau malah berbuat dosa dan kemaksiatan, berarti dia berbuat zalim kepada Allah. Tidak meletakkan dirinya sesuai dengan tempatnya dalam hubungan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan kezaliman di laknat oleh Allah. Allah menegaskan:

 أَلَا لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ

Artinya: “Ingatlah, laknat Allah ditimpakan kepada orang yang zalim.” (QS. Hud: 18)

Dan dalam hadis qudsi Allah menegaskan:

 يَاعِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلاَ تَظَالَمُوا

Wahai hamba-hamba-Ku, Saya mengharamkan kezaliman atas diri-Ku. Dan Aku jadikan kezaliman itu haram diantara kalian. Oleh karena itu jangan sekali-kali kalian berbuat zalim, saling menzalimi.” (Hadis Sahih Riwayat Imam Muslim)

Jamaah sekalian rahimani wa rahimakumullah.

Karena kezaliman inilah sebab dari kekacauan, sebab dari ketidaktenangan. Sedangkan keadilan inilah yang menjadikan sebab adanya perdamaian dunia dan ketenangan dan inilah buah daripada mereka yang berbuat adil. Ada tiga jenis kezaliman yag dilakukan oeh manusia. Yang pertama yaitu kezaliman yang banyak terjadi yang disebabkan oleh kekufuran. Zalim yang pertama adalah kezaliman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan ini dilakukan oleh orang-orang kafir.

وَالْكٰفِرُوْنَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ

Artinya: “Orang-orang kafir itulah orang yang zalim.” (QS. Al-Baqarah: 254)

Bagaimana dia tidak zalim? Yang menciptakan dirinya adalah Allah, yang memberikan rizki adalah Allah, yang mengatur urusannya adalh Allah, yang memberikan semua apa yang dia miliki adalah Allah. Tetapi justru dia tidak mengakui Allah sebagai Tuhannya, dia tidak mau menyembah dan beribadah kepada Allah. Inilah kezaliman yang besar. Dan termasuk kezaliman yang terbesar yaitu orang yang menyekutukan Allah. Mengaku beriman kepada Allah dan berikrar setiap dia shalat mengatakan:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

Artinya: “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” (QS. Al-Fatihah: 5)

Dia katakan itu, dia ikrarkan itu ketika dia shalat. Tetapi apa yang terjadi? Ketika dia menghadapi masalah besar dia tidak tunduk, patuh dan meminta atau merengek kepada Allah. Justru dia pergi ke dukun, justru pergi ke kuburan yang katanya dikeramatkan dan seterusnya. Ini adalah bentuk kesyirikan dan Allah menegaskan:

اِنَّ الشِّرۡکَ لَظُلۡمٌ عَظِیۡمٌ

Artinya: “Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13)

Inilah kezaliman yang dilakukan oleh hamba-hamba Allah. Dan kalau kita lihat jumlah penduduk di muka bumi saat ini sekitar 7,7 Miliar. Dan yang beriman, yang beragama Islam sekitar 2,3 Miliar. Artinya lebih dari 2/3 penduduk bumi ini melakukan kezaliman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan inilah sumber daripada berbagai bencana karena mereka menzalimi Allah Subhanahu wa Ta’ala.  Mereka tidak tahu diri kepada Allah. Allah yang menciptakan dirinya, tetapi justru dia menentang dan senantiasa berbuat durhaka kepada Allah. Apa yang terjadi nanti? Allah akan menegakkan keadilan kepada mereka yang tidak beriman kepada Allah. Allah akan memasukkan mereka ke dalam neraka selama-lamanya, naudzubillah. Dan itulah bentuk keadilan Allah.

Jamaah sekalian rahimani wa rahimakumullah.

Kezaliman yang kedua adalah kezaliman manusia kepada sesamanya. Bentuknya bisa dengan menyakiti secara lisan, memaki, menghina, melecehkan. Bisa juga secara fisik, memukul dan yang sejenisnya. Atau mengambil tanahnya, mengambil kekuasaannya, membuat hartanya menjadi bercerai-berai atau diambil oleh orang ini, sehingga terjadilah kezaliman. Ini sangat berbahaya, karena manakala seseorang itu berbuat zalim kepada sesamanya, Allah tidak akan membiarkannya. Jangan pernah kita berbuat zalim karena kezaliman itu pasti akan ditagih nanti di akhirat. Inilah yang disebut dalam hadis sahih riwayat Imam Muslim, orang yang akan bangkrut, orang yang akan muflis, orang yang akan pailit dengan kebaikan-kebaikannya nanti ketika ditimbang, ketika dilakukan hisab oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu Rasulullah ﷺ mengingatkan kepada kita:

 مَنْ كَانتْ عِنْدَه مَظْلمَةٌ لأَخِيهِ، مِنْ عِرْضِهِ أَوْ مِنْ شَيْءٍ، فَلْيتَحَلَّلْه ِمِنْه الْيَوْمَ، قَبْلَ أَلَّا يكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ، إنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ، أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمتِهِ، وإنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ حسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سيِّئَاتِ صاحِبِهِ،

(فَحُمِلَ عَلَيْهِ رواه البخاري)

Artinya: “Siapa yang memiliki kezaliman terhadap saudaranya, baik berupa kehormatan atau sesuatu, hendaknya dia minta dihalalkan hari ini, didunia ini sebelum tidak ada lagi Dinar dan Dirham, tidak ada lagi uang yang bisa untuk membayar. Apabila dia memiliki amal saleh, akan diambil amal saleh itu sesuai dengan kezalimannya. Bila dia tidak memiliki kebaikan, maka keburukan-keburukan orang yang dia zalimi itu akan diambil untuk ditimpakan kepadanya. Sehingga dia yang akan menanggung bebab dosa itu.” (Hadis Sahih Riwayat Bukhari)

Oleh karena itu jangan pernah kita punya masalah dengan orang lain. Jangan sampai kita menjadi orang yang trouble maker, lalu banyak orang yang menuntut atas kita di dunia ini. Hendaknya pada hari raya Idul Fitri ini kita meminta untuk dihalalkan. Tidak hanya pada waktu Idul Fitri, kapanpun ketika kita bersalah kepada orang lain hendaknya segera meminta maaf karena kita tidak akan bisa lari dari masalah itu. Nanti akan ada keadilan yang sesungguhnya di akhirat, maka mintalah untuk dihalalkan baik untuk urusan harta, urusan ucapan kita yang menyakitkan atau hal-hal yang lainnya yang membuat orang lain tidak ridha dengan kita, hendaknya kita berusaha menyelesaikan hal itu di dunia ini. Jangan pernah merasa ketika kita berbuat zalim kemudian kita akan aman. Keadilan nanti akan ditegakkan di akhirat.

Jamaah sekalian rahimani wa rahimakumullah.

Yang ketiga, kezaliman yang terakhir adalah zalim kepada diri sendiri. Seseorang yang zalim kepada dirinya adalah orang yang dia tidak merasa dirinya tidak mengasihani dirinya sendiri.

وَمَا ظَلَمُوْنَا وَلٰكِنْ كَانُوْٓا اَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَ

Artinya: “Mereka tidak menzalimi kami, tetapi justru merekalah yang menzalimi diri sendiri.” (QS. Al-Baqarah: 57)

Yaitu dengan cara apa dia menzalimi dirnya sendiri? Dengan cara berbuat dosa, dengan cara meninggalkan kewajiban. Ketika seseorang banyak melakukan kemaksiatan, berzina, berjudi, mengambil hak orang lain, mencuri dan seterusnya, berbagai bentuk kemaksiatan dan dosa, sesungguhnya dia sedang menzalimi dirinya sendiri. Sesungguhnya dia tidak mengasihani dirinya sendiri, karena itu akan menjerumuskan dia dalam kesengsaraan di dunia sampai nanti di masukkan  ke dalam neraka Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu Nabi ﷺ adalah orang yang paling mengasihani kita umatnya. Betapa kita tidak tahu diri, kita justru tidak mengasihani diri kita sendiri pada saat berbuat maksiat dan dosa. Pada saat kita meninggalkan kewajiban Nabi ﷺ digambarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala begitu sayangnya kepada umatnya. Beliau sampai hampir-hampir meledak dadanya, sedih memikirkan umatnya yang menzalimi diri mereka sendiri.

 فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ عَلَى آثَارِهِمْ إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا بِهَذَا الْحَدِيثِ أَسَفًا

Artinya: “Maka barangkali engkau (Muhammad) akan mencelakakan dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Qur’an).” (QS. Al-Kahfi: 6)

Jamaah sekalian rahimani wa rahimakumullah.

Oleh karena itu hendaknya kita benar-benar memahami bahwa pada saat kita menzalimi diri kita sendiri itu artinya kita melakukan dosa, kemaksiatan dan meniggalkan kewajiban. Mudah-mudahan kita termasuk hamba-hamba Allah yang berusaha untuk mengasihi diri kita sendiri. Karena sesungguhnya mereka yang berbuat maksiat sedang menjerumuskan dirinya dalam kebinasaan baik di dunia maupaun di akhirat.

Jamaah sekalian rahimani wa rahimakumullah.

Khususnya kepada ibu-ibu Muslimah, kami nasihatkan hendaknya kalian bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hendaknya kalian melaksanakan kewajiban yang dibebankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hendaknya menjalankan apapun yang dipertintahkan oleh Allah, khususnya dengan menutup aurat, khususnya dengan mentaati suami, khususnya dengan melakukan berbagai ketaatan, kebaikan yang memang Allah telah perintahkan untuk kaum Muslimah. Karena fitnah terbesar di muka bumi ini adalah fitnah wanita. Betapa banyak manusia yang baik, orang yang saleh kemudian terjerumus gara-gara wanita yang mereka menggoda dengan fitnahnya.

Oleh karena itu mudah-mudahan semuanya diberi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk bisa menjaga dirinya, khususnya gadis-gadis muslimah dari pergaulan bebas, dari berbagai macam hal yang menjerumuskan mereka kepada kebinasaan. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima seluruh amal ibadah kita sepanjang bulan Ramadhan dan mudah-mudahan kita tetap bisa istiqomah menjalankan ketaatan kepada Allah sebagaimana kita jalankan pada bulan Ramadhan tahun ini.

 اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على ابراهيم وعلى آل ابراهيم إنك حميد مجيد

 اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الاحياء منهم والاموات  ياقاضي الحاجات

 اللهم أعز الاسلام والمسلمين واهلك الكفرة والمبتدعة والمشركين أعدائك أعداء الدين

 اللهم شدد شملهم ومزق جمعهم وزلزل اقدامهم وألقي في قلوبهم الرعب إنك على كل شيء قدير

 ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الاخره حسنة وقنا عذاب النار

Tonton video lengkapnya di bawah ini:

Leave a Comment

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *