Salah satu yang perlu kita contoh dari orang-orang Arab khususnya orang-orang Saudi Arabia adalah fanatiknya mereka kepada dalil. Karena mereka paham bahwa syarat diterimanya amal selain ikhlas karena Allah adalah harus mengikuti atau ittiba’ kepada Rasulullah ﷺ. Diantara contohnya yaitu ada hadis dari Saad bin Ubadah. Dimana dia datang kepada Nabi ﷺ lalu berkata,
يا رسولَ اللهِ ! إنَّ أمي ماتت ، أفأتصدقُ عنها ؟ قال : نعم
Beliau bertanya kepada Rasulullah ﷺ, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia. Apakah boleh aku bersedekah atas namanya?”
قال : نعم
“Boleh,” kata Nabi ﷺ. (Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Nasa’i dan Ibnu Hibban di dalam kitab sahihnya)
Selanjutnya ada hadis dan Ustman bin Affan Radhiyallahu ‘Anhu. Beliau mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,
من بنى مسجدا يبتغي به وجه الله بنى الله له بيتا في الجنة
“Siapa yang membangun masjid untuk untuk mencari keridaan Allah, maka Allah akan membangunkan rumah untuknya di surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka begitu ada ibu atau bapaknya yang meninggal dunia, akan dibangunkan masjid untuknya karena jelas ada dalilnya yaitu hadis Bukhari dan Muslim. Mereka tidak melakukan hal-hal lain, baik tradisi atau yang lainnya karena mereka hanya fanatik kepada dalil dan contoh dari Nabi ﷺ. Ketika diminta untuk membangun kelas atau asrama mereka enggan karena memang tidak ada dalilnya secara khusus dari Nabi ﷺ untuk membangun kelas atau asrama pesantren. Dan mungkin juga karena mereka menerapkan skala prioritas sehingga jarang sekali mereka yang mau membangun kelas atau asrama di pesantren.
Ini menunjukkan fanatiknya mereka kepada dalil dan bentuk kehati-hatian untuk tidak melakukan sesuatu kecuali berdasarkan dalil. Meskipun tentu membangun kelas atau asrama juga pasti berpahala, InsyaAllah, karena menunjang sarana pendidikan untuk menuntut ilmu agama. Tradisi dan kebiasaan yang baik ini perlu kita tiru yaitu tidaklah kita melakukan sesuatu kecuali kita memastikan ada dalil dan contohnya dari Nabi ﷺ.
Tonton video lengkapnya di bawah ini:
