Serial Pendidikan Anak Muslim Ke-03: Pendidikan Kemandirian Kepada Anak

Serial Pendidikan Anak Muslim Ke-03: Pendidikan Kemandirian Kepada Anak

بِسْمِ اللّهِ الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وَ بعد

Sejak kecil anak-anak hendaknya dibiasakan untuk mandiri. Bahkan sampai makan dari hasil usahanya sendiri, menjauhi pengangguran dan kemalasan. Ini adalah sunnah dan ini adalah keteladanan yang dicontohkan serta yang dididikkan oleh Rasulullah ﷺ kepada anak-anak. Rasulullah ﷺ sendiri ketika masih kecil (usia 12 tahun) sudah berdagang. Sebelumnya beliau menggembala kambing. Artinya sejak kecil Nabi ﷺ mengajari seorang anak untuk disiplin dalam melakukan sesuatu untuk kepentingan dirinya. Mandiri, bahkan sampai dalam urusan makan dan minum. Meskipun ini tentu tidak secara mutlak. Tetapi pada prinsipnya seorang anak hendaknya diajarkan untuk hidup mandiri.

Suatu ketika Rasulullah ﷺ pernah melewati Abdullah bin Ja’far yang masih kecil sedang menjual mainan anak-anak. Maka Rasulullah ﷺ bersabda:

Ya Allah, berkahilah dagangannya.”

Ini yang disampaikan oleh Rasulullah ﷺ, sebuah doa keberkahan. Beliau tidak melarang. Padahal dia Abdullah bin Ja’far adalah termasuk keluarga dekat Nabi ﷺ. Maka disini kita harus bersungguh-sungguh untuk mendidik anak kita agar menjadi anak yang benar-benar belajar berusaha untuk mandiri. Karena disebutkan oleh Ibnu Qayyim Rahimahullahu Ta’ala di dalam kitab beliau Tuhfatul Maudud halaman 195. Disebutkan bahwa orang tua hendaknya menjauhkan anaknya dari sifat malas, nganggur dan santai. Harus membiasakan anaknya untuk bekerja. Jangan sampai anak dikasihani ketika dia bekerja. Kasihan, karena waktunya main dan seterusnya. Tentu tidak melarang main. Tetapi setelah sampai anak itu dibiarkan tidak pernah bekerja sama sekali kemudian menjadi malas, hanya main-main saja, tidak dididik untuk bekerja, belajar.

Makanya disebutkan oleh Ibnul Qayyim Rahimahullah hendaknya jangan sampai anak disuruh istirahat sebelum jiwa dan fisiknya letih karena banyaknya kesibukan. Jadi anak harus disibukkan. Kata beliau karena kemalasan dan pengangguran berakibat jelek dan hasilnya penyesalan. Sebaliknya, rajin, berpayah-payah maka hasilnya terpuji baik di dunia, di akhirat atau di dalam keduanya. Orang yang paling santai kata Ibnu Qayyim Rahimahullah adalah orang yang dulunya paling lelah. Dan orang yang paling lelah adalah orang yang dulunya paling santai. Kepemimpinan di dunia dan kebahagiaan di akhirat tidak bisa diraih kecuali melalui jembatan kelelahan atau kepayahan. Ini yang perlu untuk ditanamkan kepada anak-anak supaya anak-anak menjadi anak-anak yang mandiri. Sejak kecil sudah terlatih untuk hidup mandiri.

Disebutkan juga bahwa Ibnul Qayyim Rahimahullahu Ta’ala berkata, “Anak-anak ini hendaknya dipersiapkan badannya untuk kesibukan. Jadi anak ini harus betul-betul dijadikan orang yang seperti orang yang mau beranjak dewasa. Sejak kecil dilatih untuk sibuk. Baik dalam urusan yang terkait dengan agama maupun urusan dunia.”

Apa yang disampaikan oleh Yahya bin Abu Katsir bahwa ilmu tidak akan didapat dengan badan yang santai. Maka anak juga harus dibiasakan. Ketika malam ini tidak hanya dalam ilmu tetapi ketika dalam ibadah dia hendaknya dibiasakan untuk bangun di akhir malam. Karena saat itu adalah pembagian ghanimah dan penyerahan hadiah. Maka ada orang yang mendapatkan sedikit, ada yang mendapatkan banyak, ada yang tidak dapat sama sekali. Bila anak terbiasa sejak kecil bangun malam, maka ketika dewasa akan terbiasa melakukan bangun malam untuk tahajud, untuk bermunajat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

suatu ketika Rasulullah ﷺ seperti dikisahkan oleh Anas bin Malik, suatu ketika kata Anas bin Malik Rasulullah ﷺ bersabda:

Kepadaku waktu sahur (artinya sebelum subuh). Wahai Anas! (kata Nabi kepada Anas bin Malik). Saya ingin puasa. Tolong siapkan makanan.”

Maka Anas yang membantu Rasulullah ﷺ dan masih kecil ini membawakan kurma dan kendi berisi air. Kemudian beliau ﷺ juga menyuruh agar Anas mencarikan orang yang bisa menemani Nabi untuk sahur pada malam itu. Anas mencari seseorang sehingga ketemu Zaid bin Tsabit untuk menemani Rasulullah ﷺ. Bayangkan ini pada menjelang subuh, Anas bin Malik yang masih kecil sudah bangun dan menyiapkan makanan sahur untuk Nabi ﷺ. Persoalannya bukan apa makanannya. Memang hanya sekedar kurma dan air yang disiapkan oleh Anas. Tetapi yang menjadi ukuran disini bukan banyaknya makanan, tapi bersubstansi pekerjaan.

Seorang anak pada waktu malam biasanya terlelap tidur. Bahkan para pembesar manusia. Namun Anas menyiapkan yang dimudahkan dari rezeki Allah untuk memberikannya sebagai makanan sahur kepada ﷺ. Dan ini merupakan pendidikan yang baik dan pengasuhan yang cemerlang bagi anak-anak dan remaja. Mudah-mudahan kita tidak memanjakan anak-anak kita dengan hal-hal yang membuat mereka terlena, membuat mereka malas. Tetapi hendaknya kita biasakan anak-anak menjadi anak yang mandiri sejak kecil seperti pendidikan yang Nabi ﷺ lakukan kepada anak-anak di masanya. Barakallahu Fiikum.

Tonton video lengkapnya di bawah ini:

Leave a Comment

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *