بِسْمِ اللّهِ الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وَ بعد
Saat ini tidak sedikit orang yang mengingkari adanya takdir Allah. Mereka mengingkari jika Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menentukan baik dan buruk kepada nasib manusia. Mengingkari bahwa semuanya itu berdasarkan takdir dan ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Lalu mereka mengatakan “Itu artinya Allah tidak adil dan sebagainya.”
Mempertanyakan tentang keadilan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Padahal yang semacam ini adalah sebuah bentuk keingkaran terhadap iman, kepada takdir Allah. Sementara salah satu rukun iman adalah iman kepada takdir. Baik takdir yang kita sukai maupun yang tidak kita sukai. Dan ini salah satu rukun iman. Apabila seseorang tidak beriman kepada salah satu rukun iman maka dia adalah orang yang kafir. Tidak beriman kepada adanya malaikat Allah. Tidak beriman kepada salah satu Rasul dari Rasul-Rasul Allah. Itu juga menunjukkan dia bukan orang-orang yang mukmin, orang yang percaya kepada Allah. Maka kita harus berhati-hati. Dan oleh karena itu para Salaf sangat menanamkan akidah kepada anak-anak mereka.
Suatu ketika Atha berkata “Saya menemui Al-Walid bin Ubadah bin Shamit.”
Ubadah bin Shamit adalah sahabat Rasulullah ﷺ. Kemudian kata Atha “Saya bertanya kepadanya keberadaan Al-Walid. Apa yang diwasiatkan oleh ayahnya ketika dia wafat.”
Maka Al-Walid menjawab “Ayahku memanggilku dan berkata kepadaku: wahai anakku, takutlah kepada Allah. Ittaqillah. Dan ketahuilah bahwa kamu tidak akan bertakwa kepada Allah hingga beriman kepada Allah dan beriman kepada takdir semuanya. Yang baik maupun yang buruk. Bila kamu mati dengan keyakinan selain ini maka kamu akan masuk neraka. Artinya tidak beriman kepada takdir. Saya telah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda.” (Kata Ubadah bin Shamit menasehati anaknya yang namanya Al-Walid)
Sesungguhnya yang pertama kali diciptakan oleh Allah adalah Al-Qalam atau pena. Allah berfirman:
“Tulislah.”
Maka pena berkata “Apa yang saya tulis?”
Allah berfirman:
“Tulislah takdir yang sudah terjadi dan apa yang sedang terjadi sampai hari akhir, sampai hari kiamat.” (Ada di dalam silsilah shahihah nomor 133)
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa sahabat Ubadah bin Shamit berkata kepada putranya, “Wahai anakku, sesungguhnya kamu tidak akan merasakan hakikat iman sampai mengetahui apa yang ditentukan menimpamu, ditakdirkan menimpamu, tidak akan meleset darimu. Dan apa yang ditakdirkan, ditentukan meleset darimu tidak akan menimpamu (Haddadi dalam shahih Sunan Abi Dawud kitab As-Sunan nomor 3933)
Inilah yang perlu untuk menjadi perhatian kaum muslimin. Pendidikan anak, salah satu pendidikan yang terpenting adalah mendidik anak di atas akidah yang lurus. Jangan sampai ada diantara anak kaum muslimin yang mengingkari iman kepada takdir. Semua yang terjadi ini adalah dengan ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka kita wajib mendidik anak-anak kita di atas takdir itu. Di atas iman dan percaya kepada takdir Allah. Tidak ada apapun yang terjadi di muka bumi ini yang luput dari ketentuan dan takdir Allah. Oleh karena itu hendaknya kita yakin terhadap adanya takdir ini dan mengajarkannya kepada anak-anak kita.
Tonton video lengkapnya di bawah ini: